A.
Peranan
Indonesia dalam Gerakan Non Blok
Sebagai Negara yang
sedang berkembang Indonesia ternyata mempunyai peranan yang cukup penting dalam
Gerakan Non Blok. Peran serta Indonesia dalam Gerakan Non Blok adalah sebagai
berikut :
Ø Sebagai
pemprakarsa lahirnya Gerakan Non Blok
Ø Presiden
Soekarno sebagai duta untuk penyampaian KTT Non Blok I kepada Presiden
Amerika serikat John F. Kennedi.
Ø Indonesia menjadi penyelenggara sekaligus ketua Gerakan Non
Blok dalam KTT GNB di Jakarta pada Bulan September 1992.
Ø Presiden Soeharto merintis dibukanya kembali Dialog Untara
Selatan yang telah lama mengalami pemutusan, yakni dalam KTT G-7 di Tokyo
Jepang tahun 1993.
Ø Indonesia selalu mengusulkan dalam KTT kemajuan Ekonomi,
penghapusan penjajahan, dan kemurnia GNB tetap dipertahankan.
B.
Peranan
Indonesia dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa
Ø Kontingen Garuda I, Kontingen Garuda I dikirim
pada 8 Januari 1957 ke Mesir;
Ø Kontingen Garuda II, Kontingen Garuda II
dikirim ke Kongo pada 1960;
Ø Kontingen Garuda III, Kontingen Garuda III
dikirim ke Kongo pada 1962;
Ø Kontingen Garuda IV, Kontingen Garuda IV
dikirim ke Vietnam pada 1973;
Ø Kontingen Garuda V, Kontingen Garuda V dikirim
ke Vietnam pada 1973;
Ø Kontingen Garuda VI Kontingen Garuda VI dikirim
ke Timur Tengah pada 1973
Ø Kontingen Garuda VII Kontingen Garuda VII
dikirim ke Vietnam pada 1974.
Ø Kontingen Garuda VIII, Kontingen Garuda VIII
dikirim dalam rangka misi perdamaian PBB di Timur Tengah paska Perang Yom
Kippur antara Mesir dan Israel
Ø Kontingen Garuda IX, Kontingen Garuda IX
dikirim ke Iran-Irak pada 1988;
Ø Kontingen Garuda X, Kontingen Garuda X dikirim
ke Namibia pada 1989;
Ø Kontingen Garuda XI, Kontingen Garuda XI
dikirim ke Irak-Kuwait pada 1992;
Ø Kontingen Garuda XII, Kontingen Garuda XII
dikirim ke Kamboja pada 1992;
Ø Kontingen Garuda XIII, Kontingen Garuda XIII
dikirim ke Somalia pada 1992;
Ø Kontingen Garuda XIV, Kontingen Garuda XIV
dikirim ke Bosnia-Herzegovina pada 1993;
Ø Kontingen Garuda XV, Kontingen Garuda XV
dikirim ke Georgia pada 1994;
Ø Kontingen Garuda XVI, Kontingen Garuda XVI
dikirim ke Mozambik pada 1994;
Ø Kontingen Garuda XVII, Kontingen Garuda XVII
dikirim ke Filipina pada 1994;
Ø Kontingen Garuda XVIII, Kontingen Garuda XVIII
dikirim ke Tajikistan pada November 1997;
Ø Kontingen Garuda XIX, Kontingen Garuda XIX
dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002;
Ø Kontingen Garuda XX/A, Kontingen Garuda XX dikirim ke
Bungo, Kongo pada 6 September 2003 dan bertugas selama 1 tahun;
Ø Kontingen Garuda XXI, Kontingen Garuda XXI
merupakan kontribusi TNI dalam misi perdamaian PBB di Liberia (UNMIL);
Ø Kontingen Garuda XXII, Kontingen Garuda XXII merupakan
kontribusi TNI dalam misi perdamaian PBB di Sudan (UNMIS);
Ø Kontingen Garuda XXIII, Kontingen Garuda XXIII
bertugas sebagai bagian dari Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) ;
Ø Kontingen Garuda XXIV, bertugas di Nepal.
Kontingen Garuda XXIV merupakan kontribusi TNI dalam misi perdamaian PBB di
Nepal (UNMIN);
Ø Kontingen Garuda XXV, berdasarkan Frago (fragmentery
order) Nomor10-10-08 tanggal 30 Oktober 2008, penambahan Kontingen Indonesia
dalam rangka misi perdamaian dunia di Lebanon Selatan;
Ø Kontingen Garuda XXVI, menyusul keberhasilan
penugasan Kontingen Garuda XXIII bersama dengan UNIFIL, sekaligus dalam rangka
memperbesar peran serta Indonesia dalam pemeliharaan perdamaian di Lebanon
Selatan dan atas permintaan PBB;
Ø Kontingen Garuda Indonesia XXVII, Kontingen Garuda XXVII - 1
tergabung dalam misi UNAMID di Darfur bertugas sejak tanggal 21 Agustus 2008
sampai dengan tanggal 21 Agustus 2009 dalam satgas Milobs.
C.
Peranan
Indonesia dalam Konferensi Asia Afrika
Konferensi Asia Afrika diadakan di kota Bandung
pada tanggal 19 april 1955 dan dihadiri oleh 29 negara kawasan Asia dan Afrika.
Konferensi ini menghasilkan 10 butir hasil kesepakatan bersama yang bernama
Dasasila Bandung atau Bandung Declaration.
Dengan adanya Dasa Sila Bandung mampu menghasilkan resolusi dalam persidangan PBB ke 15 tahun 1960 yaitu resolusi Deklarasi Pembenaran Kemerdekaan kepada negara-negara dan bangsa yang terjajah yang lebih dikenal sebagai Deklarasi Dekolonisasi.
Negara-Negara Peserta yang mengikuti Konferensi Asia Africa KAA 1 di Bandung :
1. Indonesia
Dengan adanya Dasa Sila Bandung mampu menghasilkan resolusi dalam persidangan PBB ke 15 tahun 1960 yaitu resolusi Deklarasi Pembenaran Kemerdekaan kepada negara-negara dan bangsa yang terjajah yang lebih dikenal sebagai Deklarasi Dekolonisasi.
Negara-Negara Peserta yang mengikuti Konferensi Asia Africa KAA 1 di Bandung :
1. Indonesia
2. Afghanistan
3. Kamboja
4. RRC / Cina
5. Mesir
6. Ethiopia
7. India
8. Filipina
9. Birma
10. Pakistan
11. Srilanka
12. Vietnam Utara
13. Vietnam Selatan
14. Saudi Arabia
15. Yaman
16. Syiria
17. Thailand1
18. Turki
19. Iran
20. Irak
21. Sudan
22. Laos
23. Libanon
24. Liberia
25. Thailand
26. Ghana
27. Nepal
28. Yordania
29. Jepang
Sepuluh (10) inti sari / isi yang terkandung
dalam Bandung Declaration / Dasasila Bandung :
1. Menghormati hak-hak dasar manusia seperti yang tercantum pada Piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan dan integritas semua bangsa.
3. Menghormati dan menghargai perbedaan ras serta mengakui persamaan semua ras dan bangsa di dunia.
4. Tidak ikut campur dan intervensi persoalan negara lain.
5. Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri baik sendiri maupun kolektif sesuai dengan piagam pbb.
6. Tidak menggunakan peraturan dari pertahanan kolektif dalam bertindak untuk kepentingan suatu negara besar.
7. Tidak mengancam dan melakukan tindak kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.
8. Mengatasi dan menyelesaikan segala bentuk perselisihan internasional secara jalan damai dengan persetujuan PBB.
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.
10. Menghormati hukum dan juga kewajiban internasional.
1. Menghormati hak-hak dasar manusia seperti yang tercantum pada Piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan dan integritas semua bangsa.
3. Menghormati dan menghargai perbedaan ras serta mengakui persamaan semua ras dan bangsa di dunia.
4. Tidak ikut campur dan intervensi persoalan negara lain.
5. Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri baik sendiri maupun kolektif sesuai dengan piagam pbb.
6. Tidak menggunakan peraturan dari pertahanan kolektif dalam bertindak untuk kepentingan suatu negara besar.
7. Tidak mengancam dan melakukan tindak kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.
8. Mengatasi dan menyelesaikan segala bentuk perselisihan internasional secara jalan damai dengan persetujuan PBB.
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.
10. Menghormati hukum dan juga kewajiban internasional.
D.
Peranan Indonesia dalam ASEAN
Sejak Asean berdiri, Indonesia telah mengambil
peran yang sangat penting. Peran pertama Indonesia ditunjukkan dengan ikut
mendirikan Asean. Selanjutnya Indonesia diberi kepercayaan sebagai
penyelenggara KTT Asean I. KTT ini dilaksanakan di Bali pada tanggal 23-24
Februari 1976. Salah satu kesepakatan yang dihasilkan KTT Asean I adalah
pembentukan Sekretariat Asean di Jakarta. Adapun yang menjadi Sekretaris
Jenderal (Sekjen) Asean pertama adalah H.R. Dharsono, seorang putra Indonesia.
Hal tersebut memberikan gambaran bahwa negara kita cukup berperan besar dalam
Asean.
Indonesia juga berperan dalam menciptakan perdamaian. Indonesia banyak membantu negara-negara anggota Asean lain yang sedang mengalami konflik. Indonesia pernah menjadi penengah konflik antara Vietnam dan Kamboja. Konflik ini terjadi karena Vietnam menduduki Kamboja. Indonesia menjadi penengah kedua belah pihak sejak tahun 1987. Akhirnya, pada Konferensi Paris untuk Kamboja tahun 1991, Kamboja dan Vietnam menyepakati perjanjian damai.
Peran penting lainnya adalah saat Indonesia menjadi penengah antara Pemerintah Filipina dan Pemberontak Moro National Front Liberation (MNLF). Baik Pemerintah Filipina maupun MNLF sepakat untuk melakukan pertemuan di Indonesia dan membuat perjanjian damai.
Selain hal-hal di atas, peran Indonesia juga tampak pada beberapa hal berikut.
Pada KTT Asean ke-9 tanggal 7?8 Oktober 2003 di Bali, Indonesia mengusulkan pembentukan Komunitas Asean (Asean Community). Komunitas ini mencakup bidang keamanan, sosial-kebudayaan, dan ekonomi.
Pada tahun 2004, Indonesia menjadi negara yang memimpin ASEAN. Selama memimpin, Indonesia menyelenggarakan serangkaian pertemuan. Di antara pertemuan itu adalah Pertemuan Tingkat Menteri Asean (Asean Ministerial Meeting), Forum Kawasan Asean (Asean Regional Forum), Pertemuan Kementerian Kawasan mengenai Penanggulangan Terorisme, dan beberapa pertemuan lainnya.
Menjadi tuan rumah pertemuan khusus pasca Gempa Bumi dan Tsunami pada Januari 2005. Pertemuan ini bertujuan untuk membicarakan tindakan-tindakan mengatasi bencana Tsunami pada 26 Desember 2004. Negara Asean yang terkena tsunami adalah Indonesia, Thailand, dan Malaysia.
Pada bulan Agustus 2007 diresmikan Asean Forum 2007 di Jakarta. Forum ini diselenggarakan untuk mendukung terwujudnya Komunitas Asean 2015 diselenggarakan dalam rangka memperingati hari jadi Asean ke-40.
Pada KTT Asean ke 19 tanggal 17-19 November 2011 Indonesia kembali menjadi tuan rumah, salah satu catatan penting peran Indonesia dalam Asean adalah kesepakatan Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara atau Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ). Traktat yang sebelumnya sudah disusun di Bangkok, Thailand akhirnya bisa diratifikasi selama Indonesia menjadi Ketua ASEAN. Lewat traktat ini, negara-negara anggota berkewajiban untuk tidak mengembangkan, memproduksi, atapun membeli, mempunyai atau menguasai senjata nuklir. Tujuan ASEAN adalah sebagai berikut :
Indonesia juga berperan dalam menciptakan perdamaian. Indonesia banyak membantu negara-negara anggota Asean lain yang sedang mengalami konflik. Indonesia pernah menjadi penengah konflik antara Vietnam dan Kamboja. Konflik ini terjadi karena Vietnam menduduki Kamboja. Indonesia menjadi penengah kedua belah pihak sejak tahun 1987. Akhirnya, pada Konferensi Paris untuk Kamboja tahun 1991, Kamboja dan Vietnam menyepakati perjanjian damai.
Peran penting lainnya adalah saat Indonesia menjadi penengah antara Pemerintah Filipina dan Pemberontak Moro National Front Liberation (MNLF). Baik Pemerintah Filipina maupun MNLF sepakat untuk melakukan pertemuan di Indonesia dan membuat perjanjian damai.
Selain hal-hal di atas, peran Indonesia juga tampak pada beberapa hal berikut.
Pada KTT Asean ke-9 tanggal 7?8 Oktober 2003 di Bali, Indonesia mengusulkan pembentukan Komunitas Asean (Asean Community). Komunitas ini mencakup bidang keamanan, sosial-kebudayaan, dan ekonomi.
Pada tahun 2004, Indonesia menjadi negara yang memimpin ASEAN. Selama memimpin, Indonesia menyelenggarakan serangkaian pertemuan. Di antara pertemuan itu adalah Pertemuan Tingkat Menteri Asean (Asean Ministerial Meeting), Forum Kawasan Asean (Asean Regional Forum), Pertemuan Kementerian Kawasan mengenai Penanggulangan Terorisme, dan beberapa pertemuan lainnya.
Menjadi tuan rumah pertemuan khusus pasca Gempa Bumi dan Tsunami pada Januari 2005. Pertemuan ini bertujuan untuk membicarakan tindakan-tindakan mengatasi bencana Tsunami pada 26 Desember 2004. Negara Asean yang terkena tsunami adalah Indonesia, Thailand, dan Malaysia.
Pada bulan Agustus 2007 diresmikan Asean Forum 2007 di Jakarta. Forum ini diselenggarakan untuk mendukung terwujudnya Komunitas Asean 2015 diselenggarakan dalam rangka memperingati hari jadi Asean ke-40.
Pada KTT Asean ke 19 tanggal 17-19 November 2011 Indonesia kembali menjadi tuan rumah, salah satu catatan penting peran Indonesia dalam Asean adalah kesepakatan Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara atau Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ). Traktat yang sebelumnya sudah disusun di Bangkok, Thailand akhirnya bisa diratifikasi selama Indonesia menjadi Ketua ASEAN. Lewat traktat ini, negara-negara anggota berkewajiban untuk tidak mengembangkan, memproduksi, atapun membeli, mempunyai atau menguasai senjata nuklir. Tujuan ASEAN adalah sebagai berikut :
Ø Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan
sosial, dan pengembangan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara.
Ø Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional
dengan cara menghormati keadilan dan tertib hukum serta prinsip-prinsip PBB.
Ø Memajukan kerja sama yang aktif dan
tukar-menukar bantuan dalam bidang ekonomi, sosial budaya, teknik, ilmu
pengetahuan, dan administrasi.
Ø Saling memberikan bantuan dalam bentuk
sarana-sarana latihan dan penelitian.
Ø Bekerja sama secara aktif di bidang pertanian
dan industry, memperluas perdagangan, komoditi internasional, industri
perdagangan, jasa, dan meningkatkan taraf hidup rakyat.
Ø Memelihara kerja sama yang erat dan bermanfaat
dengan organisasi-organisasi internasional.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus